Lansekap prioritas
Ditengah berbagai masalah yang mengancam kehidupan sang Harimau ada berita yang memberikan harapan. Kawasan Kerinci Seblat dengan luas habitat sekitar 19.653 km2 danBukit Tigapuluh mencakup sekitar 5.417 km2 ditetapkan menjadi prioritas bagi konservasi harimau di Indonesia dan dikategorikan menjadi "tiger conservation landscapes"(TCLs).Penetapan kedua kawasan tersebut merupakan hasil temuan penelitian bersama yang dilakukan oleh World Wildlife Fund (WWF),Wildlife Conservation Society (WCS), the Smithsonian's National Zoological Park dan Save The Tiger Fund (STF) yang berjudul"Setting Priorities for the Conservation and Recovery of the World's Tigers 2005-2015". Laporan yang diluncurkan di Washington DC pada 20 Juli 2006 lalu, berhasil menganalisis dan membuat skala prioritas untuk habitat harimau diseluruh dunia. Sumatera miliki 2 dari 20 lansekap prioritas pelestarian harimau di dunia.
Kedua lokasi ini diklasifikasikan sebagai prioritas global karena masih menawarkan harapan bagi pelestarian jangka panjang Harimau Sumatera. Setidaknya masih ditemukannya populasi yang terus berkembang serta masih mencukupinya sumber makanan sang harimau. Kedua kawasan yang mencakup hutan tropis and sub-tropis lembab (moist broadleaf) dan hutan konifer tropis and subtropis.ini, relatif sedikit atau kurang mendapatkan ancaman.Diungkapkan juga bahwa saat ini habitat harimau telah menyusut hingga 40 persen dibandingkan 10 tahun lalu. Hanya tinggal sekitar 7 persen dari wilayah jelajah historisnya (historic range) yang masih ditempati si belang. Teridentifikasi 76 lansekap TCLs yang memadai untuk melakukan konservasi harimau dalam jangka panjang. Separuhnya masih dapat mendukung 100 harimau atau lebih, sehingga memberikan peluang besar untuk memulihkan populasi harimau liar. Lansekap terbesar terdapat di Rusia Timur Jauh dan
untuk mempertahankan populasi harimaunya, meski banyak kawasan telah kehilangan satwa tersebut dalam 10 tahun terakhir.
Menjaga Harimau yang tersisa di Sumatera
Pemerintah Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Adi Susmianto, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan, Departemen Kehutanan Indonesia, mengakui meskipun memiliki kepedulian atas konservasi harimau Sumatera, namun walau berbagai upaya telah dilakukan hingga kini masih menghadapi berbagai kendala serius.
Di Sumatera bagian tengah WWF dan mitra LSM lainnya telah membuat beberapa capaian, khususnya pada 2005, saat WWF berhasil melobi perusahaan pemilik konsesi dan pemerintah untuk menetapkan status Tesso Nilo sebagai taman nasional - kawasan ini merupakan salah satu blok hutan hujan tropis dataran rendah yang menjadi habitat harimau. Lokasi tersebut juga merupakan satu-satunya lokasi dimana sejumlah species yaitu harimau, gajah, dan badak, terancam oleh kerusakan habitat dan perburuan berada dalam kawasan yang sama, seperti diungkap oleh Sunarto, Wildlife Biologist dari di WWF-Indonesia.
Kini, WWF terus berupaya untuk melobi pemerintah dan perusahaan memperluas komitmen terhadap perlindungan kawasan disekitar Tesso Nilo agar harimau memiliki wilayah jelajah yang aman didalam dan diluar taman nasional. Berdasarkan analisis TCL, diindikasikan bahwa lansekap-lansekap pelestarian harimau cenderung mengelompok, sehingga berpotensi membentuk lansekap yang lebih besar jika habitatnya dapat di hubungkan kembali dengan koridor satwa.
Sumber : http://www.wwf.or.id