Saat menghampiri dan melihat kondisi sang penyu yang telah kaku dan tertelentang, tim mengira penyu telah mati. Namun perkiraan itu ternyata salah. Penyu tersebut masih bernafas dan sedang berusaha untuk membalikkan badannya dengan kedua lengan renangnya yang nyaris putus. Sebelumnya tim mengira luka tersebut akibat tersangkut jaring nelayan atau alat tangkap lainnya. Namun setelah diperiksa dengan seksama terlihat jelas bahwa luka pada kedua lengan renang penyu tersebut akibat dipotong dengan golok atau benda tajam lainnya. Karena luka bekas potongannya terlihat jelas menganga. Dari kondisi itulah, tim menyimpulkan bahwa semua kejadian itu sengaja dilakukan oleh nelayan setempat dan membiarkan penyu mati secara perlahan-lahan. |
Foto kondisi penyu hijau yang mengalami luka menganga bekas sayatan benda tajam pada lengan renang penyu yang hampir putus Selama Tim melaksanakan program eksplorasi terumbu karang, ada peristiwa menarik dan penting menurut tim untuk dipublikasikan. Peristiwa ini tejadi saat tim eksplorasi melaksanakan kegiatan di Desa Tanjung Labu Pulau Lepar Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ekosistem terumbu karang di Desa Tanjung Labu memanjang sepanjang desa dan terdapat pula ekosistem terumbu karang yang terdapat di seberang perairan yang berjarak hanya sekitar 300 meter dari bibir pantai. Selain itu ditemukan ekosistem padang lamun di bagian barat desa yang didominasi oleh jenis Enhalus acoroides dan Thalassodendron ciliatum. Selain itu, ditemukan banyak makroalga di daerah yang perairannya dangkal diantara ekosistem terumbu karang dan lamun. Saat perjalanan menyisiri pantai menggunakan kendaraan menuju lokasi pengamatan terumbu karang, tim melihat seekor penyu hijau (Chelonia mydas) yang cukup besar di pinggir pantai yang telah tertelentang dan tak lagi bergerak. Tim memprediksi bahwa penyu tersebut telah mati. Karena waktu surut yang hanya singkat, maka tim memutuskan untuk melakukan pengamatan terumbu karang terlebih dahulu. Setelah selesai kegiatan eksplorasi baru kemudian mengecek kondisi sebenarnya yang terjadi dengan penyu hijau tersebut. Saat menghampiri dan melihat kondisi sang penyu yang telah kaku dan tertelentang, tim mengira penyu telah mati. Namun perkiraan itu ternyata salah. Penyu tersebut masih bernafas dan sedang berusaha untuk membalikkan badannya dengan kedua lengan renangnya yang nyaris putus. Sebelumnya tim mengira luka tersebut akibat tersangkut jaring nelayan atau alat tangkap lainnya. Namun setelah diperiksa dengan seksama terlihat jelas bahwa luka pada kedua lengan renang penyu tersebut akibat dipotong dengan golok atau benda tajam lainnya. Karena luka bekas potongannya terlihat jelas menganga. Dari kondisi itulah, tim menyimpulkan bahwa semua kejadian itu sengaja dilakukan oleh nelayan setempat dan membiarkan penyu mati secara perlahan-lahan. Tim eksplorasi terumbu karang pun akhirnya berusaha membalikkan posisi penyu kembali ke keadaan normal dan membiarkannya menuju laut kembali. Namun dengan kondisi luka yang menganga pada kedua lengan renang penyu hijau tersebut, tim tak yakin jika sang penyu mampu bertahan hidup dengan baik. Di sekitar ditemukannya penyu hijau, tergeletak pula penyu hijau lainnya yang tertelentang dan telah mengeras tak bernyawa. Namun ukurannya lebih kecil. Penyu ini nasibnya telah tak terselamatkan lagi. Setelah peristiwa itu, tim eksplorasi terumbu karang mewawancarai nelayan-nelayan Desa Tanjung Labu untuk mengetahui apa penyebab semua kejadian ini. Hasilnya sangat mengejutkan, penyu tersebut memang sengaja dibunuh oleh nelayan karena dianggap mengganggu sero (alat tangkap ikan jenis perangkap yang memanfaatkan pasang surut air laut) milik nelayan. Terkadang ada sekitar tiga ekor penyu yang menyangkut di sero. Karena dianggap mengganggu dan dapat merusak sero, maka penyu tersebut dibunuh atau dibiarkan mati dengan cara yang telah kami saksikan. Nelayan di Desa Di Tanjung Labu adalah nelayan yang tidak memakan daging penyu, karenanya nelayan tidak pernah sengaja menangkap penyu dan mengambil dagingnya. Penyu-penyu tersebut dibiarkan mati begitu saja. Pada sepanjangg ekosistem terumbu karang di desa tanjung labu memang terdapat pula ekosistem padang lamun dan hamparan makroalga yang merupakan makanan utama penyu hijau. Disepanjang ekosistem ini pun banyak terdapat sero milik nelayan. Karenanya menjadi hal yang biasa bagi nelayan mendapati penyu yang juga masuk ke dalam sero milik mereka. Bagi para nelayan, daripada terus mengganggu maka lebih baik dibunuh agar tidak lagi mengganggu. Sungguh menyedihkan nasib penyu di perairan ini. Padahal mereka telah lebih dulu dan lebih lama hidup disekitar perairan ini. Namun, karena keegoisan manusia, maka hewan ini lah yang menjadi korban. Tapi berdasar hasil wawancara, tak semua pemilik sero yang melakukan hal sekeji itu terhadap penyu. Ada beberapa nelayan yang dengan sabar membiarkan penyu keluar kembali dari sero karena memang penyu tersebut sebenarnya tak membuat sero mereka menjadi rusak. Nasib Penyu Hijau di Indonesia ... Segitiga Karang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Timor Leste menjadi rumah bagi 6 dari 7 jenis penyu yang ada di dunia. Penyu-penyu tersebut adalah penyu hijau atau dikenal dengan nama green turtle (Chelonia mydas), penyu sisik atau dikenal dengan nama Hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata), penyu lekang atau dikenal dengan nama Olive ridley turtle (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing atau dikenal dengan nama Leatherback turtle (Dermochelys olivacea), penyu pipih atau dikenal dengan nama Flatback turtle (Natator depressus) dan penyu tempayan atau dikenal dengan nama Loggerhead turtle (Caretta caretta). Penyu belimbing adalah penyu yang di lindungi dan masuk dalam CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) Appendix 1.Penyu hijau adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih banyak dibanding beberapa penyu lainnya. Meskipun jumlahnya lebih banyak dibanding penyu lainnya, populasi penyu hijau tiap tahun berkurang oleh penangkapan dan pembunuhan baik sengaja maupun tidak sengaja yang terperangkap oleh jaring. Penyu hijau hidup di lautan tropis dan subtropis di Samudra Atlantik dan Pasifik. Penyu hijau memiliki leher yang pendek dan sirip yang menyerupai lengan yang beradaptasi untuk berenang. Paruhnya pendek dan tidak melengkung. Beratnya mencapai 315 kg, yang terbesar mencapai 395 kg. Penyu remaja menghabiskan waktunya di laut dangkal. Penyu akan kembali ke pantai saat bertelur. Penyu ini akan bertelur setiap tiga tahun sekali. Keberadaan penyu hijau sangat jarang sehingga dilindungi oleh setiap Negara dan ditetapkan sebagai hewan dilindungi oleh IUCN dan CITIES. Namun dibeberapa Negara seperti di Indonesia, penyu hijau masih diburu dan diambil telurnya untuk dimakan. Gerakannya yang unik dan khas seakan menggambarkan kelihayan perenang dasar laut yang mempesona. Ini mungkin bisa menggambarkan betapa unik dan indah melihat penyu laut berenang bebas di bawah permukaan laut. Dengan menggerakkan kedua kaki renang depan untuk mengontrol gerakan dan kecepatan, hewan ini bergerak gesit di dasar laut. Juga dengan bantuan kaki belakang sebagai penyeimbang seakan memberikan kesempurnaan gaya renang yang memukau. Penyu laut khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat menelan beberapa hewan kecil. Hewan ini sering di laporkan beruaya di sekitar padang lamun (seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar padang alga. Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis, and H. ovata). Pada padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium and Chaclomorpha aerea). Pernah di laporkan pula bahwa penyu hijau memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun lamun dan alga. Penyu laut adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah permukaan laut. Induk betina dari hewan ini hanya sesekali kedaratan untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada substrate berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk. Untuk penyu hijau, seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir, dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenang bebas untuk tumbuh dewasa. Dari 1.000 anak penyu (tukik) yang lahir, rata-rata hanya satu yang bisa hidup sampai dewasa. Beberapa peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan belum ditambah dengan adanya beberapa predator-predator lain saat mulai menetas dan saat kembali ke laut untuk berenang. Predator alami di daratan misalnya kepiting pantai (Ocypode saratan, Coenobita sp.), Burung dan tikus. Dilaut, predator utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang beruaya di lingkungan perairan pantai. Sangat kecilnya presentase tersebut lebih diperparah lagi dengan penjarahan oleh manusia yang mengambil telur-telur tersebut segera setelah induk-induk dari penyu tadi bertelur. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telur penyu dijual secara bebas dengan harga yang bervariasi sesuai dengan lokasi. Selama perjalanan Tim eksplorasi terumbu karang, saat berada di Pulau Semujur penduduk menawarkan telur penyu dengan harga Rp 500,-/butir. Saat berada di Tanjung Berikat Desa Tanjung Beriga Kabupaten Bangka Tengah, telur penyu di jual Rp 1.000,-/butir dan di pasar ikan Sungailiat Kabupaten Bangka di jual dengan harga Rp 2.000,-/butir. Di pasar Tanjung Pandan Pulau Belitung, telur penyu dijual dengan harga Rp 2.500/butir. Sangat di sayangkan memang, walaupun beberapa daerah pengeraman alami telur penyu jauh dari pemukiman penduduk, namun tetap tidak luput dari perburuan illegal oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Secara global, sebanyak ratusan ribu penyu tertangkap setiap tahunnya di mata kail dan jaring dari kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan pantai peteluran juga mengalami tekanan sebagai dampak pembangunan industri yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, aktivitas manusia di pantai, serta pemanasan global. Kondisi ini semakin menurunkan populasi penyu laut di lingkungan asli mereka. Keunikannya tidak akan tampak lagi, saat banyak dari penduduk pantai merusak dan menjarah telur-telur meraka, memburuh induk-induk meraka dan merusak rumah-rumah mereka. Dewasa ini memang sangat mendesak adanya upaya manajeman perlindungan lingkungan asli hewan ini yang tidak hanya berlaku pada suatu kawasan perteluran hewan ini namun juga di beberapa daerah yang merupakan jalur migrasi hewan ini dalam mencari makan. Upaya konservasi dan perlindungan harusnya bukan hanya di atas kertas saja namun lebih kearah praktek pemeliharaan yang rill guna menjaga kelangsungan hidup dan lingkungan alami hewan ini. Tentunya upaya ini akan bermuara ke realitas perlindungan lingkungan yang rill dan pemeliharaan biodiversity laut agar anak cucu kita masih dapat menyaksikan hewan ini berenang lincah di lautan bebas. Foto penyu hijau yang menggenaskan saat ditemukan di pinggir Pantai Desa Tanjung Labu Kabupaten Bangka Selatan Foto penyu hijau yang menggenaskan saat ditemukan di pinggir Pantai Desa Tanjung Labu Kabupaten Bangka Selatan Foto penyu hijau yang menggenaskan saat ditemukan di pinggir Pantai Desa Tanjung Labu Kabupaten Bangka Selatan Foto kondisi penyu hijau yang mengalami luka menganga bekas sayatan benda tajam pada lengan renang penyu yang hampir putus Foto Penyu hijau setelah dibalikkan oleh tim ekplorasi terumbu karang, tampak bekas darah yang masih segar dan mengalir dari lengan penyu yang terluka Foto Penyu hijau yang ditemukan cukup besar dan mencoba menuju laut dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki. (tampak pada foto terdapat alat tangkap sero milik nelayan setempat yang terdapat di perairan pantai dengan deretan kayu yang memanjang) Foto Penyu hijau yang ditemukan cukup besar dan mencoba menuju laut dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki. (tampak pada foto terdapat alat tangkap sero milik nelayan setempat yang terdapat di perairan pantai dengan deretan kayu yang memanjang) Foto penyu hijau lain yang ditemukan. Saat ditemukan kondisinya tertelentang. Ukurannya lebih kecil dan telah keras tidak bernyawa Foto Telur penyu yang dijual di pasar ikan kota Sungailiat Kabupaten Bangka dengan harga Rp 2.000,-/butir. Foto Telur penyu yang dijual di pasar ikan kota Sungailiat Kabupaten Bangka dengan harga Rp 2.000,-/butir.
|
Monday, June 21, 2010
Ladang pembantaian Penyu hijau di Bangka Selatan
Apa Bedanya Antivirus dengan Antispyware
Virus dan spyware adalah dua hal yang berbeda. Memang keduanya termasuk malware, yakni peranti lunak yang dibuat untuk kepentingan yang “enggak-enggak”. Virus dibuat untuk merusak sistem, tetapi bukan perangkat kerasnya. Virus bisa memperbanyak diri, kemudian secara jor-joran menggunakan memori sehingga komputer hang. Sebenarnya dengan cara seperti ini bisa jadi akan merusak perangkat kerasnya. Misalnya cara lainnya dengan meningkatkan clock CPU menjadi lebih cepat yang dapat menimbulkan panas yang tinggi. Kalau begini bisa membuat CPU meledak. Tapi memang sepertinya belum banyak atau belum ada sama sekali virus yang seperti ini karena ukurannya pasti sangatlah besar sehingga pendistribusiannya pun susah.
Spyware tidak dibuat merusak sistem. Spyware dibuat untuk memata-matai pengguna komputer. Seorang pengguna komputer bisa kecolongan nomor kartu kredit dan password akibat Spyware. Informasi itu akan dikirim ke pemilik spyware dan pemilik spyware itu akan menggunakan informasi yang telah ia dapatkan untuk kepentingan dirinya sendiri maupun golongannya.
Sayangnya, istilah “virus” dipakai untuk sebuatan sebutan semua malware, seperti si kantoran tadi. Makanya, ketika spyware yang menyerang, mereka menganggap antivirusnya yang kurang hebat. Beberapa pembuat virus akhirnya agak mengikuti kesalahan penggunaan istilah itu. Selain untuk membasmi virus, kebanyakan antivirus bisa digunakan untuk membasmi Trojan, worm, dan yang pasti virus itu sendiri. Nah, kalau antispyware dibuat khusus untuk membasmi spyware, tidak untuk malware yang lain.
Cara kerja keduanya mirip. Baik antivirus maupun antispyware sama-sama mencari pola. Antivirus mencari pola yang digunakan oleh virus (maksudnya Trojan, worm, dan virus), sedangkan antispyware mencari pola yang digunakan oleh spyware. Virus dan spyware punya “gerakan” tertentu saat melakukan serangan. Kalau ada program yang “bergerak” seperti virus atau malware yang lain, program itu akan dituduh, bahkan akan dihentikan kerjanya. Ada juga antivirus yang langsung memasukkannya ke dalam karantina, atau tidak segan-segan langsung menghapus malware tersebut apapun resikonya.
Supaya lebih kuat, antivirus biasanya juga dilengkapi dengan spyware, begitu juga sebaliknya. Tapi, banyak ahli di bidang malware bilang sebaiknya instal program yang lebih spesifik. Dengan kata lain, instal antivirus, instal juga antispyware.
Tips Cegah Malware
- Selalu update sistem operasi dan berbagai program.
- Instal antivirus dan antispyware yang secara aktif melakukan scan.
- Update antivirus dan antispyware agar malware terbaru dapat dikenali dan ditangani.
- Jangan download sembarang file, apalagi kalau sumbernya tidak meyakinkan dan tidak dapat dipercaya.
- Jangan gunakan media penyimpanan portabel seperti flash disk yang sudah digunakan di komputer lain. Boleh saja digunakan tetapi kita harus memastikan bahwa komputer tersebut bebas malware dan komputer kita memiliki pengamanan yang cukup.
- Jangan buka lampiran e-mail dari orang yang tidak dikenal, kecuali mungkin sebuah instansi legal yang terdaftar.
- Jangan buka lampiran email yang berekstensi EXE, COM, VBS, BAT, dan ekstensi yang lain yang yang berpotensi sebagai virus atau mudah diboncengi virus.
- Sebelum dijalankan, scan semua file yang diperoleh dari internet. (PCplus, 311)